Betapa
banyak orang mengalami penyakit cinta buta. Cinta buta itu tidak dapat
membedakan antara kemuliaan dan kehinaan. Banyak mereka yang terkena penyakit
cinta buta itu, terjatuh ke dalam kehidupan hina dina, tetapi mereka menyangka
sebuah kemuliaan. Tak jarang pula mereka yang sudah terkena penyakit cinta buta
itu, kehilangan kesadaran dan kehendak sucinya mengenal hakekat kebenaran
sejati, Al-haq.
Mengobati cinta buta seseorang harus
mengetahui bahwa yang menimpanya adalah sesuatu yang bertentangan dan menafikan
tauhidnya kepada Allah. Manusia yang mengalami cinta buta harus menyadari bahwa
ketika melakukan semuanya, karena kelalaian hatinya kepada Allah. Ia harus
mengetahui dan menyadari untuk bertauhid kepada-Nya, sunnah-sunnah-Nya, dan
bukti-bukti Allah.
Melakukan ibadah-ibadah lahir dan
bathin, sehingga hati dan pikirannya senantiasa berpikir kepadanya ibadah
kepada-Nya. Hendaklah ia memperbanyak kembali dan mendekatkan diri kepada Allah
dengan penuh ketundukkan dan rendah diri. Tidak ada obat yang paling efektif
daripada ikhlas hanya kepada Allah. Allah menyebutkan di dalam Al-Qur’an :
“Demikianlah, agar Kami
memalingkan darinya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk
hamba-hamba Kami yang terpilih”. (Yusuf : 24)
Penggambaran ayat diatas ini
menjelaskan bahwa Allah memalingkan dan menjauhkan Yusuf dari kemungkaran isyq
(cinta buta) dan kekejian dengan keikhlasannya. Tidak ada yang dapat
menjauhkan kesesatan seseorang kecuali, hanya ketika ia dekat dengan Allah.
Jika hati itu bersih suci dan memurnikan amanah hanya kepada Allah, maka idak
mungkin orang akan terkena penyakit cinta buta. Cinta buta tidak akan
bersemayam di hati seseorang yang selalu mengingat Allah. Sebab cinta buta
hanya berada di dalam hati yang kosong. Seperti dikatakan seorang penyair :
“Cintaku pada perempuana itu
datang sebelum aku mengenal cinta, Ia datang ke hati yang kosong, kemudian
bersaralah ia”.
Maka, hendaklah orang yang berakal
mengetahui bahwa secara logika dan syariat dalam hidup ini, ia harus meraih
kebaikan dan kemaslahatan atau melengkapinya dan menghindar dari mafsadah. Jika
seseorang dihdapkan pada masalah yang ada kandungan masalahat dan mafsadah,maka
ia harus memiliki dua prinsip.
Prinsip amali dan prinsip ilmiah.
Secara ilmiah mengharuskannya memiliki pengetahuan tentang mana yang lebih kuat
segi maslahat atau mafsadahnya? Jika ia telah menemukan mana yang paling banyak
masalahatnya, maka seseorang itu harus mengikuti yang palig banyak
masalahatnya. Bukan justru mengikuti yang banyak mafsadahnya, meskipun secara
pandangan mata, itu sangat baik bagi seseorang.
Seseorang harus memahami bahwa cinta
buta itu, tidak ada sama sekali maslahatnya bagi manusia di dunia dan akhirat.
Cinta itu dapat menimbulkan mafsadah bagi manusia dalam kategori yang sangat
luas dalam kehidupan ini. Diantaranya :
Pertama, manusia akan disibukkan dengan mengingat-ngingat makhluk
dan mencintainya, dan dibandingkan dengan zikir dan cinta kepada Allah.
Ketahuilah antara cinta dan zikir itu tidak mungkin menyatu dalam hati
seseorang, karena keduanya akan bertarung, dan akan menguasainya adalah yang
paling kuat.
Kedua, hatinya tersiksa karena ma’syuqnya, dan barangsiapa yang mencintai
selain Allah, ia akan tersiksa dengannya. Seorang penyair mengatakan :
“Tak ada yang lebih sengsara di
bumi daripada orang yang kasmaran,
Jika ia bertemu dengan orang yang
dicintai ia senang,
Kau lihat ia menangis setiap saat,
Karena takut berpisah ataumemendam
rindu,
Ia juga menangis ketika erada
disampingnya karena takut berpisah,
Air mata bverlinang ketika berpisah,
Dan air matanya berlinang lagi
ketika bertemu".
Cinta buta, meski terkadang
dinikmati oleh pelakunya, namn sebenarnya ia merasakan ketersiksaan hati yang
paling berat.
Ketiga, Hatinya tertawan dan terhina dalam genggaman orang yang
dicintainya. Namun, karena ia mabuk cinta, ia tidak merasakan musibah yang
menimpanya.
“Mata melihatnya ia hidup bebas,
padahal hakikatnya ia tertawan,
Ia sakait dan berputar dalam
lingkaran kutub,
Ia mati meski terlihat fisiknya
hidup,
Ia tak punya hak untuk dibangkitkan
lagi,
Hatinya hilang tersebut dalam
kebodohan,
Ia tak akan kembali sampai
mati".
Keempat, ia akan disibukkan oleh ma’syuqnya dari urusan maslahat
agama dan dunianya. Tak ada orang yang paling menyia-nyiakan agama dan dunia,
melebihi orang sedang dirundung cinta buta. Ia menyia-nyiakan maslahat
agamanya, karena hatinya lalai untuk beribadah kepada Allah. Kemaslahatan dalam
segi agama terwujud dengan bercahanya hati, dan kecenderungan untuk melakukan
ibadah kepada Allah. Sementara itu, cinta kepada keindahan fisik akan
menghancurkan semua agama yang dibangunnya.
Kelima, bahaya-bahaya dunia dan akhirat lebih cepat menim;pa
kepada orang yang dirundung cinta buta, melebihi kecepatan api membakar kayu
kabar kering. Ketika hati berdekatan dengan ma’syuqnya ia akan menjauh dari
Allah. Jika hati jauh dari Allah, semua jenis marabahaya akan mengancamnya dari
segala sisi, kaerna setan menguasainya. Jika setan telah menguasainya, maka
musuh menjadi senang.
Keenam, jika kekuatan setan menguasai seseorang, ia akan merusak
akalnya dan memberikan rasa was-was. Bahkan, mungkin tak ada bedanya ia dengan
orang gila. Mereka tidak menggunakan akalnya secara layak. Padahal, yang palin
berharga bagi manusia adalah akalnya. Akal yang membedakan ia dengan binatang.
Apa yang membuat yang membuat gila
Layla Majnun, tidak lain karena cinta buta. Seperti kata penyair:
Mereka bilang, “Kamu gila (tergila)
dengan orang yang kaucintai?,
Engkau menjawab, “Cinta buta lebih
dahsyat daripada orang gila”,
Orang yang terserang cinta buta
tidak tersadar sepanjang masa,
Sementara orang gila akan siuaman
dari kegilaannya”.
Ketujuh, cinta buta akan merusak indra atau mengurangi kepekaannya,
baik indra seriya ‘konkrit’ maupun indra maknawi ‘abstrak’,. Kerusakan indra
maknawi mengikuti rusakna hati, sebab jika hati telah rusak, maka organ
pengindra lain, seperti mata, lisan, telinga, juga turut rusak. Artina, ia akan
melihat yang buruk pada diri ma’syuq adalah baik juga dan juga sebaliknya.
Imam Ahmad mengatakan, “Cintamu
kepada sesuatu membutakanmu dan membuatmu tuli”. Mata hati akan buta melhat
keburukan dan kekurangan orang atau sesuatu yang dicintainya, sehingga mata
fisiknya tidak mampu melihat hal itu. Telinganya akan tuli mendengarkan celaan
orang kepada orang yang dicintainya. Kesenangan-kesenangan itu menutup
kekurangan dan aib.
“Kecintaanku kepadamu menutup
mataku,
Namun, ketika terlepas cintaku semua
aibmu menampakkan diri”.
Maka ketika seseorang mencintai
fisik, selanjutnya akan ditandai dengan sakitnya badan, karena mencintai pisik
bentuk-bentuk keindahan fisik, bahkan mungkin sampai ada ang mati karenanya.
Dan, kisah dari Ibn Abbas, menceritakan ada seoran laki-laki yan g sangat
kurus, sehingga yang tersisa hanya kulit dan tulang. Ibn Abbas, berkata,
“Kenapa dia?”. “Ia terkena jatuh cinta, isyq”. Maka Ibn Abbas berdoa dan
belrindung dari Allah sepanjang hari.
Kedelapan, seperti yang disebutkan diatas, bahwa isyq adalah
berlebihan dalam mencintai, sehingga orang yang dicintainya sudah pada tingkat
menguasai dan mengendalikannya.
“Awalnya ia hanya membutuhkan cinta,
Kemudian setelah ia dapatkan itu, ia
berjalan sesuai dengan takdir,
Sehingga, ketika ia masuk dalam dunia
cinta yang dalam dan gelap,
Ia menghadapi urusan-urusan yang tak
sanggup dipikul,
Meski oleh orang-orang besar
sekalipun”.
Wallahu’alam.