Pertama, cinta kepada Allah Azza Jalla. Cinta kepada Allah saja
tidak cukupuntuk menyelamatkan seseorang dari siksa Allah dan mendapatkan
pahala dari-Nya. Karena orang-orang musryik, penyembah Salib, Yahudi dan
lainnya juga mencintai Allah.
Kedua, mencinai apa yang dicintai Allah Azza Wa Jalla. Jenis cinta
inilah yang memasukkan seseorang ke dalam Islam dan mengeluarkannya dari
kekafiran. Orang yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah orang yang
paling kuat kecintaannya dalam hal hal ini.
Ketiga, kecintaan karena Allah dan di jalan Allah Azza Wa Jalla.
Kecintaan ini merupakan syarat dari kecintaan kepada apa yang dicintai oleh
Allah (jenis kedua). Mencintai apa yang dicintai Allah tidak akan lurus kecuali
jika ia mencintai karena Allah dan di jalan Allah.
Keempat, cinta mendua kepada Allah Azza Wa Jalla. Artinya ia
mencintai selain Allah, dan juga mencintai Allah dengan kadar yang sama. Ini
merupakan syirik. Setiap orang yang mencintai sesuatu dengan kecintaan yang
sama kepada Allah, bukan karena Allah atau di jalan-Nya, maka ia telah
menjadikannya sebagai tandingan selain Allah. Inilah jenis kecintaan
orang-orang musyrik.
Kelima, kecintaan yang sifatnya manusiawi, kita boleh melakukannya.
Yaitu kecenderungan seseorang kepada apa yang disenanginya dan yang sesuai
dengan wataknya dan nalurinya. Seperti orang haus mencintai air, lapar
mencintai makanan, senang tidur, mencintai isteri, dan anak. Ini bukan cinta
yang dicela, melainkan jika telah melalaikan zikir kepada Allah Azza Wa Jalla
dan menyibukkan dari cinta kepada Allah.
Lalu, siapakah yang lebih baik dan
bahagia hidupnya, ialah orang yang semua kehendak dan cita-citanya
bersatu untuk mencapai keridhaan Allah. Orang yang zikir hanya kepada Allah,
hanya rindu kepada-Nya. Kemudian inilah yang menguasai kemauan-kemauannya,
cita-citanya, dan lamunan-lamunannya. Ia akan diam karena Allah. Jika berbicara
ia karena Allah. Jika memukul, ia memukul karena Allah. Bergerak karena-Nya,
diam karena-Nya, hidup dan mati karena Allah, dan dibangkitkan karena Allah.
Dalam Shahih Buchari hadist qudsi,
Allah berfirman :
“Tidaklah seorang hamba
mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang Aku wajibkan, dan senantiasa ia
beribadah dengan yang sunnah, keuali Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya,
maka Aku pendengarnya yang ia mendengar dengannya, Aku penglihatannya yang ia
melihat dengannya, Aku tangannya yang ia memukul dengannya, Aku kakinya yang ia
berjalan dengannya. Jika ia meminta kepadaku, maka niscaya Aku akan memberinya,
jika ia meminta perlindungan kepada-Ku, maka Aku akan memberi perlindungan
kepadanya. Tidakkah Aku ragu-ragu dalam melakukan sesuatu, jika Aku yang
melakukannya, kecuali keraguan-Ku ketika mencabut nyawa hamba-Ku yang beriman
yang benci kematian, dan Aku benci apa yang ia benci”.
Kecintaan seperti inilah yang menyibukkan
hatinya untuk tidak memikirkan dan memperlihatkan hal-hal lain, selain Allah,
sehingga menguasai ruhnya. Tak ada lagi tempat bagi yang lain dihatinya.
Kecintaan inilah yang menguasainya dalam setiap geraknya. Dalam mendengar,
melihat berjalan. Allah ada dalam hatinya dan bersamanya. Walah ‘alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar